Sakawarta, Jakarta – Wakil Kepala BP Haji Dahnil Anzar Simanjuntak memastikan bahwa Presiden RI ke-8 Prabowo Subianto bukanlah boneka yang bisa dikendalikan oleh Presiden RI ke-7 Joko Widodo alias Jokowi, meski Gibran Rakabuming Raka saat ini menjabat sebagai Wakil Presiden RI.
“Pagi ini saya mau sedikit cerita tentang karakteristik kepemimpinan Pak @prabowo yang saya kenal. Setelah 7 tahun menjadi Jubir beliau. Karena belakang banyak sekali yang terus memanas-manasi bahwa beliau menjadi Boneka Pak @jokowi dan saya pastikan itu tidak akan pernah terjadi,” kata Dahnil dikutip dari akun x/@Dahnilanzar di Jakarta, Selasa (6/5/2025).
Dahnil mengungkapkan, Presiden Prabowo amat memperhatikan kesejahteraan orang-orang yang bekerja dan membantunya. Diskusi dengan RI-1, kata dia, tidak jauh seputar tentang kesulitan hidup rakyat yang termiskin.
“Maka beliau selalu menyampaikan di tengah ‘kemudahan’ ekonomi kalian maka bekerjalah untuk rakyat yang paling sulit ekonominya,” ucap Dahnil.
Dahnil menekankan, sosok Presiden Prabowo tidak pernah mau mempermalukan atau memarahi dengan keras anak buahnya di depan publik. Bila harus marah sekalipun, maka akan dilakukan secara tertutup.
“Pak @prabowo akan menjaga martabat tokoh senior yang beliau hormati pun demikian kehormatan anak-anak buahnya yang bekerja dengan loyal membanti beliau. Tidak mudah diprovokasi cerita jelek dari luar,” ujarnya.
Dahnil pun mengungkap cerita menarik tentang Prabowo “menjaga” anak buah. Pasca-pilpres 2019, Prabowo akhirnya bergabung di Kabinet Indonesia Maju dan menjadi Menteri Pertahanan (Menhan).
“Tiga anak muda sipil, Endy, Sabam, dan saya, Kedua teman saya tersebut saat ini anggota komisi 1 DPR RI, diangkat beliau menjadi Stafsus Menhan, karena syarat menjadi Stafsus harus mendapat rekomendasi dari Istana melalui Mensesneg. Maka, diajukan nama kami bertiga. Namun, hanya disetujui Istana melalui Mensesneg dua nama, yakni Endy dan Sabam, tidak ada nama saya,” ujar Dahnil.
Sontak kata Dahnil, mereka semua kaget dan bertanya-tanya, mengapa yang diajukan oleh Prabowo tiga nama, namun yang hanya disetujui adalah 2 nama.
“Kesimpulan kami, mungkin karena residu Pilpres, saya saat itu adalah Koordinator Jubir Pak Prabowo. Banyak merepresentasikan Pak Prabowo di ruang-ruang publik kompetisi Presiden di 2019 tersebut. Sehingga, masih ada yang tidak berkenan saya ada di dalam pemerintahan,” ujarnya.
Singkat kata, Dahnil menghadap Prabowo. Ia menyampaikan agar seyogianya ditugaskan di luar, agar tidak mengganggu kerja dan hubungan Prabowo dengan Pihak Istana.
“Pak @prabowo menjawab, ‘yang butuh kamu saya bukan yang lain, dan saya yakin penolakan bukan dari Pak Jokowi’. Saya sampai hari ini punya keyakinan serupa. Akhirnya, Pak @prabowo memerintahkan Sekjen Kemhan untuk membuat SK atas nama saya sebagai Asisten Khusus sekaligus Jubir Menhan, bukan staf khusus, asisten khusus bersama dengan Pak Syafri dan beberapa Jenderal lainnya saat itu. Akhirnya. Saya pun tetap bertugas sebagai Jubir Menhan. Makanya, sejak saat itu, bagi saya loyalitas terhadap Pak Prabowo adalah terpenting, karena sebagai pemimpin beliau juga loyal kepada anak buahnya,” ucapnya.
Dahnil memastikan, Prabowo tidak bisa diadudomba dengan siapapun termasuk mantan Presiden Jokowi.
“Jadi, bila saat ini, ada yang berusaha terus mengadu domba Pak @prabowo dengan Pak Jokowi, Pak SBY atau Ibu Megawati, tidak akan sukses. Bahkan, kepada para Purnawirawan yang mendesak Mas Wapres supaya diturunkan saja, Pak Prabowo mau dan bersedia berdialog dengan mereka, agar tidak ada permusuhan diantara semuanya,” kata Dahnil Anzar.