Sakawarta.com, Jakarta – Ekonom dari Universitas Andalas Prof. Syafruddin Karimi mengatakan konflik terbuka antara Israel dan Iran pada Juni 2025 ini telah mengubah wajah Timur Tengah, dari ketegangan diplomatik menjadi krisis berskala penuh yang mengancam stabilitas ekonomi regional dan global.
Menurut dia, dampaknya tidak berhenti pada medan tempur. Di sisi bersamaan lonjakan harga minyak, gangguan rantai pasok, anjloknya pasar saham, dan tekanan terhadap nilai tukar adalah bukti bahwa perang ini menimbulkan gempa keuangan yang nyata.
“Selat Hormuz sebagai nadi perdagangan energi global kini berada dalam bahaya, dan investor mulai meninggalkan kawasan yang dinilai tidak lagi aman,” kata Prof. Syafruddin dalam keterangannya dikutip Sabtu (14/6/2025).
Dia berpendapat, dunia tidak bisa lagi memandang konflik ini semata sebagai urusan dua negara.
Sebab, ketika misil diluncurkan dan fasilitas vital dihancurkan, yang ikut terancam adalah ekonomi rumah tangga dari Amman hingga Jakarta.
Ia mengatakan jika komunitas internasional gagal menahan laju eskalasi ini, maka dunia akan membayar mahal bukan hanya dalam bentuk krisis energi, tetapi juga dalam bentuk inflasi, pengangguran, dan krisis sosial yang merembet lintas benua.
“Inilah waktunya bagi dunia untuk menjadikan diplomasi sebagai prioritas, bukan hanya untuk mencegah perang lebih besar, tapi juga untuk menyelamatkan ekonomi global dari jurang ketidakpastian,” ujar Prof. Syafruddin.