Bisnis

Pendapatan McDonald’s, Starbucks, Pizza Hut hingga KFC Kompak Anjlok

Jebloknya penjualan jejaring restoran cepat saji asal Amerika Serikat (AS) ini telah diperkirakan ekonom.

Sakawarta, Jakarta – Pendapatan Starbucks, KFC, Pizza Hut, dan McDonald’s kompak anjlok pada kuartal I tahun 2024 ini. Turunnya performa perusahaan ini lantaran penjualan turun.

Meneruskan laporan CNNIndonesia.com, Starbucks mengumumkan penurunan penjualan yang mengejutkan hingga saham pun amblas 17 persen pada Rabu (1/5/2024) kemarin.

Yum, perusahaan induk dari Pizza Hut, KFC dan Taco Bell, juga melaporkan seretnya penjualan. Yum melaporkan pendapatan turun 3 persen menjadi US$1,60 miliar, jauh dari perkiraan. Musababnya, penjualan Pizza Hut turun 7 persen dan KFC 2 persen.

Total pendapatan KFC di AS merosot 8 persen, dan Pizza Hut merosot 6 persen. Kedua waralaba tersebut juga mengalami penurunan pendapatan di pasar Timur Tengah, Turki, dan Afrika Utara karena ketegangan geopolitik di wilayah tersebut, kata manajemen Yum.

Baca Juga  Luhut Buka Keran Investasi Asing Bangun Family Office di RI

Jebloknya penjualan jejaring restoran cepat saji asal Amerika Serikat (AS) ini telah diperkirakan ekonom. Para ekonom memprediksi konsumen akan mengurangi pengeluaran seiring kenaikan harga-harga (inflasi) serta tingginya suku bunga.

Starbucks mengatakan cuaca buruk menurunkan penjualan. Sedangkan Yum menyalahkan badai salju yang terjadi di Januari sebagai pemicu jualan lesu. Namun, alasan-alasan tersebut tidak sepenuhnya menjelaskan lemahnya kinerja mereka secara tiga bulanan.

Belum jelas berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan penjualan rantai makanan cepat saji ini, meskipun para eksekutif memberikan jadwal dan rencana yang optimis untuk mengembalikan penjualan ke jalurnya. Semisal, Yum mengatakan kuartal pertama akan menjadi kuartal terlemah tahun ini.

Baca Juga  Jasa Marga Umumkan Komposisi Baru Pemegang Saham Jalan Tol Trans Jawa

Sementara itu, McDonald’s berencana menciptakan ‘value menu’ untuk menarik pelanggan yang hemat, meski rencana ini kemungkinan ditolak para pewaralabanya. Sebab, meskipun kesepakatan mendorong penjualan, hal ini juga menekan keuntungan operator, terutama di pasar yang biaya operasionalnya sudah mahal.

Related Articles

Back to top button