Waskita: Terowongan Silaturahmi Istiqlal-Katedral Senilai Rp511 Miliar Jadi Simbol Kerukunan Umat
Terowongan Silaturahmi memiliki panjang 28,3 meter, tinggi 3 meter, serta lebar 4,1 meter. Sementara seluruh area tunnel atau terowongan memiliki luas 136 meter persegi.
Sakawarta, Jakarta – Corporate Secretary PT Waskita Karya (Persero) Tbk Ermy Puspa Yunita menyatakan arsitektur “Terowongan Silaturahmi” Masjid Istiqlal-Gereja Katedral yang dikunjungi Pemimpin tertinggi Gereja Katolik Paus Fransiskus didesain bergaya modern dengan eksterior berbahan transparan.
Renovasi tersebut merupakan yang pertama dilakukan sejak 42 tahun lalu. Biaya yang dikeluarkan mencapai Rp511 miliar bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Ermy melanjutkan, desain terowongan ini membuat visual Masjid Istiqlal dari Gereja Katedral tidak terhalang atau nampak jelas.
“Terowongan Silaturahmi tidak hanya menjadi penghubung dan penyambung dua rumah ibadah tersebut, melainkan juga menjadi simbol kerukunan antarumat beragama pada umumnya, dan umat Islam dan Katolik khususnya,” kata dia dalam rilis pers dikutip di Jakarta, Jumat (6/9/2024).
Terowongan Silaturahmi memiliki panjang 28,3 meter, tinggi 3 meter, serta lebar 4,1 meter. Sementara seluruh area tunnel atau terowongan memiliki luas 136 meter persegi, lalu total luas shelter dan terowongan mencapai 226 meter persegi. Terowongan ini menjadi satu lokasi yang disambangi Paus dalam rangkaian kunjungannya ke Jakarta, selain kali ini ke Masjid Istiqlal.
Perseroan, kata Ermy, merasa bangga bisa membangun “Terowongan Silaturahmi” sekaligus merenovasi dan menjadi bagian dari pembangunan Masjid Istiqlal.
“Kami berupaya tetap menjaga nilai sejarah, budaya, dan kemegahan Masjid Istiqlal yang selama ini menjadi perhatian dunia,” tutur dia.
Dia mengatakan perseroan memerlukan waktu sekitar dua tahun dalam merenovasi Masjid Istiqlal yakni dari 2019 sampai Januari 2021.
Dalam renovasi tersebut, Waskita memperbarui aspek tata pencahayaan yang dilengkapi teknologi kekinian sebagai inovasi bangunan ramah lingkungan.
Selain pencahayaan di dalam bangunan, kata dia, perseroan membenahi pula pencahayaan di luar Istiqlal. Di antaranya dengan menyinari bagian kubah, sehingga masjid berkapasitas 120 ribu jamaah ini terlihat lebih bersinar saat malam hari.
Ermy menambahkan, sungai yang membelah Masjid Istiqlal ikut diperbarui, sehingga lebih rapi. Menurut dia, ini tidak hanya memaksimalkan fungsi masjid sebagai tempat ibadah, tetapi juga memperhatikan aspek arsitektur, seni, serta estetika.
“Maka meski setelah direnovasi bangunan masjid tampak seperti baru, namun kaidah-kaidah cagar budaya bangunan masjid tetap terlihat,” kata dia.
“Masjid Istiqlal diharapkan dapat menjadi kebanggaan seluruh masyarakat Indonesia. Kedatangan Paus Fransiskus ke Istiqlal pun mempertegas status Istiqlal sebagai simbol masjid di Tanah Air,” tutur Ermy memungasi.