Airlangga Klaim Pertumbuhan Ekonomi RI Masih di Atas China dan Korsel
Capaian pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan II tahun ini ditopang oleh hampir seluruh sektor, utamanya dari sektor konsumsi rumah tangga.
Sakawarta, Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengeklaim pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan II 2024 yang sebesar 5,05 persen secara tahunan (year on year/yoy) masih lebih baik dibandingkan negara lain seperti China hingga Korea Selatan (Korsel).
Dalam pemaparannya, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih lebih tinggi dibandingkan China yang tercatat 4,7 persen (yoy), Singapura (2,9 persen), Korea Selatan (2,3 persen) dan Meksiko (2,24 persen).
“Penjelasan tadi, di tengah ketidakpastian global, fundamental ekonomi kita masih baik. Dan di triwulan II kita tumbuh 5,05 persen,” kata Airlangga saat konferensi pers terkait pertumbuhan ekonomi Q2-2024 di Kantor Kemenko Perekonomian, dikutip Rabu (7/8/2024).
Airlangga menjelaskan, capaian pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan II tahun ini ditopang oleh hampir seluruh sektor, utamanya dari sektor konsumsi rumah tangga.
Konsumsi rumah tangga berkontribusi sebesar 54,53 persen terhadap pertumbuhan ekonomi atau tumbuh 4,39 persen (yoy). Konsumsi rumah tangga masih menjadi sumber pertumbuhan terbesar yaitu 2,62 persen, yang terutama didorong oleh perayaan hari besar keagamaan.
“Kemudian konsumsi pemerintah positif, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB), ekspor barang dan jasa, dan impor barang dan jasa (positif),” ujar Airlangga.
Kemudian, sumber pertumbuhan tertinggi berikutnya yaitu Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) yang berkontribusi sebesar 1,32 persen, konsumsi pemerintah 0,10 persen, dan net ekspor 0,25 persen. Secara umum, seluruh komponen pengeluaran mengalami pertumbuhan yang positif.
Selanjutnya, Pengeluaran Konsumsi Lembaga Nonprofit yang Melayani Rumah Tangga (PK-LNPRT) tumbuh sebesar 9,98 persen. Komponen ini berkontribusi sebesar 1,32 persen terhadap PDB secara umum.
Ekspor dan impor juga mengalami pertumbuhan tinggi, masing-masing sebesar 8,28 persen dan 8,57 persen. Peningkatan ekspor didorong oleh kenaikan nilai dan volume ekspor migas dan nonmigas, sedangkan peningkatan impor didorong oleh kenaikan impor bahan baku dan penolong.
Sementara PMTB tumbuh 4,43 persen dan konsumsi pemerintah tumbuh 1,42 persen.
Airlangga menyampaikan, dari segi lapangan usaha, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih ditopang oleh industri pengolahan uang tumbuh 3,95 persen (yoy).
“Sektor pertanian juga terjadi loncatan. Dia meloncat ke 3,25. Konstruksi juga tumbuh tinggi di 7,29 persen, kemudian pertambangan, logistik dan pergudangan dan transportasi juga mendekati 10 persen di 9,56 persen,” ucap Airlangga Hartarto.