Bisnis

BRI Danareksa Sekuritas (BRIDS): Pelantikan Menkeu Purbaya Yudhi Sadewa Hadirkan Perspektif Baru atas Tantangan Ekonomi RI

Hal ini memberi sinyal kemungkinan fokus kebijakan pada dukungan kontra-siklus untuk mendorong pertumbuhan.

Sakawarta, Jakarta – Pemerintah resmi melantik Purbaya Yudhi Sadewa sebagai Menteri Keuangan RI pada Senin (8/9/2025), menggantikan Sri Mulyani Indrawati (SMI).

Chief Economist, Macro Strategist & Head of Fixed Income Research BRI Danareksa Sekuritas (BRIDS) Helmy Kristanto mengatakan pergantian Menkeu ini menjadi salah satu momen penting dalam dinamika ekonomi nasional, mengingat peran strategis Kementerian Keuangan sebagai penjaga stabilitas fiskal dan motor penggerak kebijakan ekonomi.

Helmy Kristanto dalam laporan risetnya menyampaikan bahwa pergantian kabinet ini membawa perubahan besar dengan digantikannya SMI. Langkah tersebut membuat pasar keuangan bergejolak, dengan rupiah melemah, IHSG turun, dan imbal hasil obligasi naik seiring reaksi investor terhadap berita tersebut.

“SMI sejak lama dipandang sebagai penjaga utama kredibilitas fiskal Indonesia. Ia berhasil menjaga defisit anggaran di bawah 3% dari PDB pada sebagian besar tahun, kecuali saat pandemi,” kata dia dalam keterangan resmi Rabu (10/9/2025).

Manurut dia, disiplin dan reformasi yang dijalankannya membuat SMI mendapat pengakuan internasional, termasuk penghargaan Best Minister Award pada tahun 2018.

SMI juga memimpin Indonesia melewati dua krisis besar: Global Financial Crisis 2008 dan guncangan COVID-19, di mana pertumbuhan ekonomi tetap dapat dipertahankan.

“Karena itu, kepergiannya merupakan hilangnya sosok yang sangat dipercaya oleh investor domestik maupun global,” ucapnya.

Dalam laporannya, Helmy menyoroti tiga poin utama terkait Kementerian Keuangan yang baru di bawah kepemimpinan Purbaya Yudhi Sadewa:

Pertama, kata dia, Purbaya membawa pengalaman luas dari pasar keuangan, posisi pemerintahan, serta kepemimpinannya di Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Kombinasi ini memberinya perspektif yang lebih luas, memungkinkan ia menghadapi tantangan ekonomi dari berbagai sudut pandang.

Kedua, latar belakang Purbaya di LPS memberinya pemahaman mendalam mengenai interaksi antara belanja fiskal dan likuiditas sistem. Hal ini bisa diterjemahkan ke dalam potensi reformasi yang memprioritaskan pola belanja yang lebih lancar dan seimbang di tahun-tahun mendatang.

Baca Juga  Sri Mulyani Hadiri Pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral Anggota G20

“Ia juga dikenal memiliki pemahaman yang dalam tentang siklus bisnis dan ekonomi selama kiprahnya di pasar keuangan,” katanya.

Ketiga, Purbaya dikenal dengan sikapnya yang pro-growth, suatu sikap yang sangat tepat waktu mengingat perlambatan momentum ekonomi saat ini. Dalam forum LPS terbaru, ia menekankan bahwa target pertumbuhan PDB Indonesia 2026 sebesar 5,4% tetap dapat dicapai, sepanjang mesin fiskal dan moneter berjalan selaras.

Menurut dia, hal ini memberi sinyal kemungkinan fokus kebijakan pada dukungan kontra-siklus untuk mendorong pertumbuhan.

“Kami melihat bahwa pengangkatan Purbaya mengarah pada potensi kesinambungan kebijakan, tetapi dengan fokus pro-growth yang lebih kuat. Pendekatannya dapat menyeimbangkan disiplin fiskal dengan dukungan terhadap pertumbuhan. Namun, kebijakan awalnya akan sangat menentukan kecepatan penerimaan pasar,” jelas Helmy.

Pada perdagangan Selasa (9/9/2025), Rupiah dibuka lebih lemah di Rp16.475 per dollar AS, menunjukkan bahwa tekanan masih berlanjut. Menurut pandangan BRIDS, setiap kenaikan imbal hasil obligasi dapat menarik minat pembeli, khususnya bank dan dana pensiun.

“Volatilitas pasar kemungkinan besar masih akan berlanjut dalam jangka pendek. Namun, dengan Bank Indonesia (BI) berada dalam siklus pelonggaran dan The Fed diperkirakan memangkas suku bunga pekan depan, volatilitas pasar belakangan ini bisa menciptakan peluang,” katanya.

Dari sisi pasar modal, IHSG ditutup melemah signifikan pada perdagangan Selasa (9/9), terkoreksi -1,78% ke level 7.628 dengan mencatatkan net foreign sell cukup besar sebesar Rp4,32 triliun di pasar reguler.

Menurut Chory Agung, Customer Engagement & Market Analyst Department Head BRIDS, secara teknikal IHSG saat ini masih berada dalam tren bullish dengan resistance terdekat di level 7.885 – 8.021. Namun, indeks masih berpotensi melanjutkan tren pelemahan menuju area support di kisaran 7.448 – 7.571.

“Tekanan jual asing mengindikasikan respon negatif pasar terhadap pelantikan Menteri Keuangan yang baru terutama di sektor perbankan seperti saham BBCA dalam seminggu terakhir investor asing mencatatkan penjualan bersih (net foreign sell) sebesar Rp4,9 triliun,” jelas Chory.

Related Articles

Back to top button