Ekonom: Injeksi Rp200 Triliun ke Perbankan, Buka Ruang Akselerasi Pertumbuhan yang Nyata
Aktifkan proyek infrastruktur skala menengah yang bisa menyerap tenaga kerja lokal segera.

Sakawarta, Jakarta – Ekonom dri Universitas Andalas (Unand) Syafruddin Karimi mengatakan pemangkasan suku bunga The Fed dan Bank Indonesia (BI), ditambah injeksi likuiditas Rp200 triliun ke perbankan, membuka ruang akselerasi pertumbuhan yang nyata.
Dengan demikian, menurut dia, sisi pasokan sudah longgar seperti biaya dana turun, akses kredit melebar, dan kepercayaan pasar mulai berani mengambil risiko.
“Pintu terbuka, tetapi perekonomian hanya bergerak lebih kencang jika permintaan domestik bangkit,” kata dia dalam keterangan resmi dikutip Minggu (21/9/2025).
Maka itu, kata Syafruddin, Pemerintah perlu mengeksekusi stimulus dengan ritme cepat, tepat, dan terukur agar uang murah berubah menjadi transaksi, produksi, dan bebuah pada penciptaan lapangan kerja.
“Percepat belanja negara. Realokasikan anggaran dari program berserapan rendah ke program ber-MPC tinggi: perlindungan sosial terarah, padat karya, dukungan modal kerja Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), serta proyek infrastruktur skala menengah yang siap tender,” ucapnya.
Di sisi bersamaan, lanjut Syafruddin, pemerintah pelu mendorong “cash forward” untuk paket yang bisa langsung jalan.
“Terapkan tenggat yang tegas pada kementerian/lembaga, lengkap dengan indikator mingguan: persentase serapan, kemajuan fisik, dan dampak ke permintaan lokal. Uang publik tidak boleh menganggur ketika ekonomi menunggu dorongan,” ucapnya.
“Bagaimana membuat uang murah berubah menjadi transaksi? Pemerintah perlu menyalakan mesin permintaan melalui belanja negara yang cepat, tepat, dan berdaya ungkit tinggi,” ujar Syafruddin lagi.
Syafruddin menekankan, setiap rupiah Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) harus mendorong pembelian barang dan jasa, bukan justru mengendap di rekening.
“Realokasikan pagu dari program yang tersendat ke program yang siap jalan. Dorong perlindungan sosial terarah untuk kelompok berdaya beli tinggi, jalankan padat karya di wilayah dengan pengangguran tinggi, dan aktifkan proyek infrastruktur skala menengah yang bisa menyerap tenaga kerja lokal segera,” kata Syafruddin.