
Sakawarta, Jakarta – Guru Besar Departemen Ekonomi Universitas Andalas Prof. Dr. Syafruddin Karimi mengatakan korban keracunan makanan yang sudah mencapai ribuan adalah alarm terakhir bagi Pemerintah Presiden Prabowo Subianto untuk menghentikan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) dengan format yang sedang berjalan sekarang ini melalui Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG).
Syafruddin meminta Badan Gizi Nasional (BGN) berbenah, dengan mengubah strategi Program MBG agar keracunan massal ini tidak terulang di kemudian hari.
“Kita mau anak-anak kita bergizi sehat, bukan keracunan. Cari dan evaluasi sebab-sebab keracunan hanya akan wasting anggaran dan waktu,” kata Syafruddin dalam keterangan resmi dikutip Minggu (28/9/2025).
Ia menegaskan, keracunan massal punya risiko tinggi. Maka itu, sebagai warga negara, Syafruddin mendesak BGN mengubah format dan strategi terkait program MBG.
“Langsung ke orang tua siapkan makan buat anak-anak mereka dengan alokasi anggaran atau siapkan infrastruktur di sekolah yang layak untuk siapkan makanan dan layani murid,” ucapnya.
Syafruddin juga meminta para politikus jeli dalam melihat persoalan ini.
“Orang politik harap realistis pahami realitas lapangan,” ujar dia.
Syafruddin menekankan, kepentingan anak-anak untuk bebas dari risiko yang sangat tidak diharapkan mesti menjadi pertimbangan nomor satu.
“Tahun 2026 telah dianggarkan Rp335 triliun. Tidak sedikit. Karena itu harus diimplementasikan dengan strategi baru dengan risiko paling minimum buat anak-anak masa depan bangsa kita,” ucapnya.
Ia meminta BGN belajar dari Muhammadiyah.
“Mestinya belajar dari good practice Muhammadiyah. Bukan ditutup, tapi dihargai dan diberi support dengan alokasi anggaran untuk MBG,” kata Syafruddin Karimi.