Properti

Prabowo Tugaskan Ara, Tahun Ini Bangun 70 Ribu Rumah untuk Guru hingga Nelayan

Rencananya mulai digarap dan berjalan setelah Idulfitri tahun ini.

Sakawarta, Jakarta – Presiden RI Prabowo Subianto menugaskan Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) Maruarar Sirait untuk membangun sekitar 70.000 rumah subsidi untuk guru, tenaga kesehatan (nakes) dan nelayan pada tahun 2025.

Proyek yang masuk dalam Program Tiga Juta Rumah tersebut rencananya mulai digarap dan berjalan setelah Idulfitri tahun ini. Ara pun mendetail sasaran beserta angka target pembangunan.

“Buat tenaga kesehatan yaitu perawat dan tenaga kesehatan masyarakat total 30.000, buat nelayan 20.000, buat guru 20.000,” ujarnya saat ditemui awak media di Jakarta pada Senin (31/3/2025).

Selain guru, nakes dan nelayan, pemerintah juga berencana membangun rumah subsidi untuk TNI Angkatan Laut dan Angkatan Udara maupun pekerja industri media.

Menurut Ara, rencana pembangunan rumah subsidi ini sudah mendapatkan persetujuan pula dari pihak DPR RI dan Bank Indonesia (BI).

“Jadi kita di-support oleh Pak Prabowo, Pak Dasco (Wakil Ketua DPR RI) dan Gubernur BI (Perry Warjiyo), bagaimana dari relaksasi kebijakan BI kita juga mendapatkan support dana yang besar untuk membangun perumahan,” ucapnya.

Ara menjelaskan, penyaluran kredit kepemilikan rumah (KPR) subsidi program tiga juta rumah ini didukung oleh Badan Pengelola Tabungan Perumahan Rakyat (BP Tapera) dan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN).

Baca Juga  Menteri PKP Maruarar Sirait Panggil Bos Developer Perumahan, Siap-siap Diaudit BPK

Ia juga tak menutup arah dalam melibatkan bank lain ke depannya, baik dari swasta, BUMN maupun BUMD.

Meneruskan laporan kompas.com, Bank Indonesia (BI) meningkatkan besaran Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) dari 4 persen menjadi 5 persen dari dana pihak ketiga (DPK) mulai 1 April 2025.

Peningkatan insentif tersebut dilakukan untuk sektor perumahan, termasuk perumahan rakyat. Besaran insentif KLM sektor perumahan akan dinaikkan secara bertahap dari Rp 23 triliun menjadi sekitar Rp80 triliun.

Related Articles

Back to top button