Ekonomi

Sri Mulyani: Utang Indonesia Relatif Terjaga di Tengah Perang

Hingga akhir Juli 2024, rasio utang kembali turun menjadi 38,68 persen yang berarti masih jauh di bawah batas aman 60 persen.

Sakawarta, Jakarta – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan utang luar negeri Indonesia relatif terjaga di tengah ketidakpastian global akibat perang dan tingginya tensi geopolitik di dunia.

Dalam catatan Sri Mulyani, utang di berbagai negara maju melonjak dari 70 persen menjadi 112 persen dari produk domestik bruto (PDB), sementara di negara-negara berkembang kenaikan jumlah utang pascapandemi dari 47 persen dari PDB awal 2000 sekarang mencapai 71 persen.

“Jadi kalau dilihat dari perspektif ini, Indonesia masih relatif terjaga,” kata Sri Mulyani dalam Rapat Kerja dengan Komite IV DPD RI di Jakarta, Senin (2/9/2024).

Hingga akhir Juli 2024, rasio utang kembali turun menjadi 38,68 persen yang berarti masih jauh di bawah batas aman 60 persen sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

Menurut Sri Mulyani, lonjakan utang di berbagai negara tersebut disebabkan oleh ruang fiskal dan ruang moneter yang menjadi sangat menyempit akibat kondisi seluruh dunia yang belum sepenuhnya pulih pascapandemi.

“Dan terjadinya perang serta tensi geopolitik,” ujarnya.

Ia mengatakan secara global kondisi 2024 belum menunjukkan adanya perbaikan atau optimisme dikarenakan situasi global masih sama, bahkan cenderung meruncing karena tensi geopolitik dan peperangan di sejumlah negara.

Baca Juga  Basuki Hadimuljono dan Sri Mulyani Siap Tunda Implementasi Tapera

“Konflik dari negara Amerika Serikat terhadap Tiongkok, kemudian terjadinya fragmentasi dan proteksionisme yang dijadikan sebagai proxy dari kompetisi ini menyebabkan ekonomi dunia juga melemah,” ujarnya.

Selain itu, disrupsi akibat terjadinya perang mengakibatkan terjadinya inflasi meningkat tinggi dan diikuti dengan suku bunga global yang melonjak tinggi, meskipun mulai September 2024 diharapkan akan terjadi penurunan suku bunga terutama di Amerika Serikat.

“Perang juga bisa menyebabkan disrupsi suplai sehingga harga komoditas melonjak tinggi. Kondisi-kondisi tersebut menyebabkan pertumbuhan ekonomi dunia melemah,” ucapnya.

Dana Moneter Internasional (IMF) memprediksi pertumbuhan ekonomi global pada 2024 hanya sebesar 3,2 persen lebih rendah dari tahun lalu, dan pada 2025 akan tumbuh 3,3 persen sama seperti tahun 2023.

Related Articles

Back to top button