Anies Baswedan Ungkap Tiga Cara Ampuh Mematikan Demokrasi, Nomor 2 Terjadi di Jakarta
Ingat-ingat ya, diingat-ingat, bukan untuk dipraktikkan.

Sakawarta, Jakarta – Mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan mengungkap tiga cara ampuh untuk mematikan demokrasi.
Anies yang mengenakan batik serta kopiah hitam, mengungkapkan hal tersebut di depan sekumpulan masyarakat yang tampak sedang duduk santai, seperti diunggah oleh akun YouTube Masjid Kampus UGM.
Kata Anies, cara pertama untuk mematikan demokrasi adalah melalui upaya mengganti aturan main.
“Kalau untuk mematikan demokrasi ada tiga juga caranya. Satu, ganti aturan main, benar enggak tuh?” kata Anies dalam potongan video viral yang tersebar di media sosial x/@tham878, dikutip di Jakarta, Selasa (4/3/2025).
Sontak pertanyaan Anies diamini oleh para orang yang hadir di dalam masjid tersebut.
Anies melanjutkan, cara efektif berikutnya mematikan demokrasi ialah dengan cara menyingkirkan lawan dari pertandingan.
“Yang kedua singkirkan lawan dari pertandingan, jangan sampai ikut pertandingan,” ucapnya.
Cara mematikan demokrasi ketiga, ditambahkan Anies, ialah menguasai wasit.
Anies menekankan, tiga cara yang ia kemukakan tersebut patut untuk dicatat dan bukan untuk dipraktikkan.
“Yang ketiga, kuasai wasit. Jadi kalau mematikan demokrasi, tiga itu. Ingat-ingat ya, diingat-ingat, bukan untuk dipraktikkan. Ini diingat-ingat,” ujarnya.
Anies pun mengulang pernyataannya di depan para hadirin. Bahkan, ia sempat menyinggung cara kedua terkait singkirkan lawan dari pertandingan, sempat terjadi di Jakarta.
Menurut Anies, dengan mempraktikkan tiga cara tadi, maka pertandingan dipastian sudah selesai.
“Untuk melihat tanda-tanda satu aturan main yang diubah. Kedua, singkirkan lawan supaya jangan ikut pertandingan. Di Jakarta sudah pernah terjadi itu. Lalu, yang ketiga wasit dikuasai. Sudah kalau begitu selesai pertandingan, menjadi teater,” ujar Anies Baswedan.
Sementara, akun @tham878 yang menyebarluaskan video tersebut menilai Anies Baswedan sebagai sosok yang sudah berpolitik secara terang-terangan di dalam rumah ibadah. Bahkan, ia menyinggung soal dugaan politik identitas yang terjadi pada Pilkada 2017 silam.
“Hadeh…bulan puasa Masjid bukannya untuk kajian agama ini malah bicara politik. Ya benar Jakarta pernah terjadi dengan jual ayat & mayat singkirkan lawan,” katanya.