Ekonomi

Ekonom Khawatir Kucuran Dana Rp200 Triliun Ujung-ujungnya Jatuh ke Bandar Judol dan Pinjol

Ujung-ujungnya nanti dana jumbo itu akan jatuh juga ke bandar judol atau pinjol.

Sakawarta, Jakarta – Ekonom dari Universitas Brawijaya Noval Adib mengatakan penyebab mandeknya perekonomian Indonesia sebagian besar ternyata disebabkan oleh judi online (judol) dan pinjaman online (pinjol).

Ia mendorong pemerintah untuk fokus membendung maraknya judol dan pinjol agar kebijakan Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa yang menggelontorkan dana Rp200 triliun dari Bank Indonesia (BI) ke himpunan bank milik negara (Himbara) terkait kredit tidak berakhir sia-sia.

“Jadi percuma kita diskusi ndakik-ndakik tentang segala macam teori ekonomi kalau penyebabnya adalah faktor-faktor non-ekonomi, faktor sosial-budaya negatif yaitu terkait dengan perilaku negatif masyarakat yang suka berjudi dan berutang dan sekaligus faktor kelembagaan yaitu lemahnya penegakan hukum oleh aparat penegak hukum,” kata Noval dalam keterangannya dikutip Selasa (16/9/2025).

Menurut dia, faktor-faktor non-ekonomi penghambat pertumbuhan ekonomi tersebut jelas di luar wilayah para ekonom atau menteri keuangan (Menkeu).

“Sementara dampaknya sungguh nyata negatif di bidang perekonomian,” ucapnya.

Ia menegaskan, judi online alias judol akan mendorong gaya hidup konsumtif, boros serta mengurangi etos kerja.

“Orang jadi panjang angan-angan dan malas bekerja keras. Uang dan waktu yang seharusnya dipakai untuk usaha produktif malah dihabiskan untuk berjudi,” ucap Noval.

Baca Juga  Bendungan Kedungombo Siap Aliri Sawah Sesuai Kebutuhan Petani

Sementara di sisi bersamaan, kata dia, kebutuhan uang untuk judol akan mendorong seseorang untuk melakukan pinjol (pinjaman online).

Noval pun mencermati, beberapa waktu yang lalu malah ada berita bahwa dana bantuan sosial (bansos) malah digunakan untuk judol oleh para penerimanya.

“Apa sudah enggak rusak masyarakat yang seperti ini?” tuturnya.

Noval menekankan, pada gilirannya fenomena buruk ini akan menurunkan iklim investasi karena kepercayaan investor akan menurun.

“Apa mau investor mempekerjakan masyarakat yang punya hobi judol atau pinjol?” tutur dia.

Dengan demikian, menurut Noval, kebijakan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa yang mengucurkan dana Rp200 triliun dari Bank Indonesia (BI) kepada Himpuan Bank Negara (Himbara) untuk kredit ke masyarakat dipandangnya menjadi kebijakan berbahaya.

“Dengan karakter seperti ini tentu sangat berbahaya karena ujung-ujungnya nanti dana jumbo itu akan jatuh juga ke bandar judol atau pinjol,” kata Noval Adib.

Related Articles

Back to top button