Ekonom Ungkap Tiga Program Prabowo Ini Sangat Rentan Dikorupsi dan Dimanipulasi
Tanpa diikuti sistim dan manajemen yang baik, ia akan jadi ajang pesta pora para koruptor.

Sakawarta, Jakarta – Ekonom dari Universitas Paramadina Wijayanto Samirin mengatakan tiga program utama pemerintahan Prabowo Subianto yakni Makan Bergizi Gratis (MBG), Koperasi Desa Merah Putih (KMP), dan program Tiga Juta Rumah sangat rentan dikorupsi dan dimanipulasi.
“Masalah MBG ini hanya 5% dari potensi masalah yang akan timbul dari KMP baik dari sisi probabilitas maupun magnitude,” kata Wijayanto Samirin dalam keterangannya dikutip Minggu (21/9/2025).
Menurut dia, dengan semangat dan niat baik saja tidak cukup untuk menjalankan tiga program di atas.
“Tanpa diikuti sistim dan manajemen yang baik, ia akan jadi ajang pesta pora para koruptor,” ucapnya.
Ia pun mewanti-wanti Kembali bahwa Program MBG, KMP dan 3 Juta Rumah amat rentan dikorupsi. Sebab, korupsi sudah membudaya di Indonesia.
“Ingat, ini Indonesia, bukan Norwegia, Finlandia atau Swedia. Ini negara dimana korupsi sudah menjadi budaya bahkan sudah seperti bagian dari DNA,” ucapnya.
“Lebih baik ngerem dulu, lihat situasi baru melakukan akselerasi perlahan. Pemerintahan ini akan memimpin selama 5 tahun, bahkan mungkin 10 tahun. Masih punya cukup waktu untuk memperbaiki keadaan. Jangan ngebut dari awal ujung-ujungnya salah jalan,” kata Wijayanto menegaskan.
Sementara, Ekonom Universitas Gadjah Mada (UGM) Denni Puspa Purbasari mengkritisi Program MBG dari mulai Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG), gesekan kepentingan dengan KMP hingga mencakup opportunity cost.
“Terlalu central-planning. Dapur oleh negara (SPPG). Tenaga kerja sebagian oleh negara (SPPI). Nanti pemasok bahan makanannya diatur lagi pakai Kopdes. Pakai ompreng tertentu. Mobilnya jadi ngikut dengan spek tertentu. Ratusan triliun jadi ndongkrok karena eksekusinya lambat. Apalagi tahun depan Rp300-an triliun. Opportunity cost-nya terlalu besar,” ujarnya.
Menurut dia, perihal proses bisnis, mekanisme delivery, dan monitoring dan evaluasi (monev) tidak didesain dengan masak-masak.
“Lambatnya eksekusi menunjukkan iterasinya tidak ada atau tidak jalan atau too slow. Sudah bulan September,” katanya.