Ekonomi

Fluktuasi Rupiah dan Modal Asing Kabur: Pemerintah Harus Bertindak

Daya beli masyarakat bisa terus menurun jika Rupiah melemah dan inflasi naik.

*Opini: Prof. Syafruddin Karimi, Departemen Ekonomi Universitas Andalas

Fluktuasi Rupiah yang semakin tajam di awal 2025 menandakan tekanan besar dalam perekonomian Indonesia (Kompas, 7 Maret 2025). Nilai tukar Rupiah yang sempat menyentuh Rp16.575 per dolar AS sebelum sedikit menguat ke Rp16.315 per dolar AS mencerminkan tingginya ketidakpastian di pasar keuangan.

Dalam kondisi seperti ini, investor membutuhkan kepastian dan transparansi dari pemerintah. Kementerian Keuangan justru menunda rilis data realisasi APBN Januari 2025, yang membuat pasar semakin gelisah (Bisnis.Com, 7 Maret 2025).

Pemerintah harus menyadari bahwa keterlambatan ini menciptakan spekulasi negatif di kalangan investor. Ketika laporan fiskal tertunda, banyak pihak bertanya apakah realisasi pendapatan negara tidak mencapai target atau belanja negara meningkat di luar kendali. Keputusan menunda rilis APBN hanya memperburuk kepercayaan pasar terhadap stabilitas fiskal Indonesia. Modal asing pun mulai keluar dari Indonesia dalam jumlah besar, mencapai Rp10,33 triliun dalam hitungan hari.

Investor global selalu mencari kepastian dalam menanamkan modal. Ketika kejelasan tidak diberikan, mereka memilih menarik dana dari negara-negara dengan risiko lebih tinggi.

Morgan Stanley Capital International (MSCI) bahkan menempatkan aset Indonesia dalam kategori underweight, yang mempercepat arus modal keluar. Banyak investor asing memilih mengamankan dana mereka ke aset yang dianggap lebih stabil. Ketika kepercayaan terhadap ekonomi Indonesia menurun, modal asing terus keluar, dan Rupiah semakin tertekan.

Triple Intervention Bank Indonesia: Solusi Sementara yang Mahal

Bank Indonesia (BI) berusaha menahan pelemahan Rupiah dengan menerapkan triple intervention, yaitu intervensi di pasar spot, domestic non-deliverable forward (DNDF), dan pembelian surat berharga negara (SBN). Langkah ini memang dapat mengurangi tekanan sesaat terhadap nilai tukar.

BI terus menggunakan cadangan devisa untuk menstabilkan Rupiah. Ketika modal asing terus keluar, intervensi ini menjadi semakin mahal dan berisiko menguras cadangan devisa dalam jumlah besar. Defisit transaksi berjalan dan ketergantungan Indonesia pada modal asing terus menjadi sumber kerentanan ekonomi.

Jika kondisi ini dibiarkan, cadangan devisa akan semakin tergerus dan kemampuan Indonesia untuk menghadapi guncangan eksternal akan melemah.
Strategi triple intervention tidak bisa terus digunakan sebagai solusi utama. BI harus memastikan bahwa langkah ini tidak mengorbankan ketahanan jangka panjang ekonomi Indonesia.

Jika BI terus melakukan intervensi tanpa adanya kebijakan pendukung dari pemerintah, pasar akan tetap skeptis terhadap stabilitas Rupiah.

Pemerintah Harus Bertindak dengan Transparansi dan Kebijakan yang Jelas

Kementerian Keuangan harus segera merilis data APBN untuk menghentikan spekulasi negatif yang berkembang di pasar. Transparansi fiskal sangat penting dalam membangun kembali kepercayaan investor. Jika realisasi anggaran mengalami tekanan, pemerintah harus menyampaikan strategi konkret dalam mengelola defisit.

Investor tidak mengharapkan kondisi ekonomi yang sempurna, tetapi mereka membutuhkan kepastian bahwa pemerintah memiliki solusi yang jelas dalam menghadapi tantangan fiskal.

Selain itu, pemerintah harus mulai mengurangi ketergantungan pada modal asing dengan memperkuat industri dalam negeri dan diversifikasi ekspor. Ketika ekonomi terlalu bergantung pada investasi asing jangka pendek, guncangan eksternal selalu menjadi ancaman besar.

Baca Juga  Hippindo Inisiasi Gerakan "Belanja di Indonesia Aja" untuk Perkuat Perdagangan Dalam Negeri

Pemerintah harus menciptakan lingkungan investasi yang lebih stabil dan menarik bagi investor domestik agar ekonomi tidak bergantung sepenuhnya pada modal asing.

Kebijakan fiskal juga harus diarahkan untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor barang strategis. Ketika Rupiah melemah, harga impor meningkat, dan tekanan terhadap inflasi semakin besar. Jika pemerintah dapat meningkatkan kapasitas produksi dalam negeri untuk menggantikan barang impor, tekanan terhadap Rupiah dapat berkurang secara signifikan.

Investor Menginginkan Kepastian, Bukan Ketidakjelasan

Kepercayaan investor tidak bisa dibangun hanya dengan janji atau intervensi sementara di pasar keuangan. Pasar membutuhkan kepastian bahwa pemerintah memiliki strategi yang jelas dalam menghadapi tekanan ekonomi global. Jika pemerintah terus menunda tindakan, Rupiah bisa semakin melemah, inflasi bisa meningkat, dan daya beli masyarakat bisa tergerus.

Investor terus mengamati bagaimana pemerintah menangani situasi ekonomi saat ini, terutama dalam menjaga stabilitas Rupiah dan arus modal asing. Ketidakpastian yang berkepanjangan hanya akan mendorong lebih banyak modal asing keluar, memperburuk tekanan terhadap nilai tukar dan perekonomian nasional.

Untuk mengatasi hal ini, pemerintah harus segera mengambil langkah konkret, seperti merilis data APBN guna menghilangkan spekulasi pasar terhadap kondisi fiskal, serta memperkuat produksi dalam negeri agar ketergantungan terhadap impor dapat dikurangi.

Selain itu, peningkatan daya saing ekspor menjadi kunci agar Indonesia tidak hanya mengandalkan komoditas mentah, melainkan dapat bersaing dalam sektor industri bernilai tambah. Transparansi dalam komunikasi dengan investor dan pelaku pasar juga harus diperkuat agar sentimen negatif terhadap pasar keuangan Indonesia dapat ditekan.

Dengan langkah-langkah yang tepat dan terukur, pemerintah dapat mengembalikan kepercayaan investor serta menjaga stabilitas ekonomi dalam menghadapi tekanan global.

Pemerintah tidak bisa terus mengandalkan BI untuk mempertahankan nilai tukar. Strategi intervensi moneter harus didukung oleh kebijakan fiskal yang kuat dan transparansi dalam pengelolaan anggaran negara. Jika pemerintah gagal bertindak cepat, pasar akan kehilangan kepercayaan, dan stabilitas ekonomi nasional akan semakin terancam.

Saatnya Bertindak Sebelum Terlambat

Situasi yang terjadi saat ini bukan sekadar gejolak biasa. Fluktuasi Rupiah yang ekstrem, arus modal asing yang keluar, dan penundaan rilis data APBN menunjukkan bahwa pemerintah menghadapi tantangan besar dalam menjaga stabilitas ekonomi. Jika pemerintah terus mengulur waktu dan tidak mengambil tindakan nyata, efeknya bisa jauh lebih buruk.

Daya beli masyarakat bisa terus menurun jika Rupiah melemah dan inflasi naik. Perusahaan-perusahaan yang bergantung pada impor bahan baku akan menghadapi tekanan lebih besar. Proyek-proyek infrastruktur yang bergantung pada pendanaan luar negeri juga bisa terganggu.

Pemerintah memiliki pilihan: bertindak sekarang dengan langkah-langkah konkret atau membiarkan pasar terus berspekulasi dan semakin kehilangan kepercayaan.

Transparansi fiskal, kebijakan ekonomi yang lebih mandiri, dan strategi stabilisasi yang berkelanjutan harus segera diterapkan. Pasar keuangan tidak menunggu. Jika pemerintah tidak segera bertindak, Indonesia bisa menghadapi tekanan ekonomi yang lebih besar di masa depan. Keputusan ada di tangan pemerintah. Bertindak sekarang atau membiarkan krisis semakin dalam.

Related Articles

Back to top button