EkonomiInternational

Keretakan Donald Trump dan Elon Musk Berujung pada Ancaman Politik hingga Kerugian Ekonomi

Hubungan Trump dan Musk merupakan cermin paling berharga tentang bagaimana mudahnya loyalitas berubah menjadi konflik.

Sakawarta.com, Jakarta – Guru Besar Departemen Ekonomi Universitas Andalas Prof. Syafruddin Karimi mengatakan dinamika politik pemerintahan Amerika Serikat (AS) era rezim Donald Trump menunjukkan bahwa komitmen dalam hubungan internasional dapat berubah sewaktu-waktu, bahkan di antara sekutu strategis.

Ia menyoroti kasus paling mencolok terlihat dari hubungan antara Donald Trump dan Elon Musk, yang awalnya saling mendukung secara terbuka dalam pemilu Presiden AS 2024.

Kata Prof Syafruddin, Elon Musk bahkan diangkat menjadi Kepala Department of Government Efficiency sebagai imbalan atas dukungan politik dan finansialnya.

“Namun, ketika Trump meluncurkan kebijakan tarif sepihak yang mengancam kepentingan bisnis global, Musk berbalik menentang,” kata Syafruddin melalui keterangan resmi dikutip Sabtu (7/5/2025).

Menurut dia, ketegangan ini memuncak dan menjadi konflik pribadi yang terbuka, melibatkan saling serang di media sosial, dan berujung pada ancaman politik serta kerugian ekonomi.

Ia menekankan, bagi negara-negara yang tengah mempersiapkan diri untuk bernegosiasi dagang dengan Trump, terutama di Asia dan kawasan berkembang, konflik ini menyimpan pelajaran penting yakni Donald Trump tidak memiliki rekam jejak kuat dalam memegang komitmen jangka panjang.

Kata Prof. Syafruddin, ketergantungan pada hubungan personal tanpa perlindungan kelembagaan akan menjadi risiko serius.

Baca Juga  Kemenkeu Catat Realisasi Anggaran Pembangunan IKN Capai Rp18,9 Triliun

Oleh karena itu, lanjutnya, strategi diplomasi dagang ke depan harus dibangun di atas dasar institusi yang kokoh, kontrak yang mengikat, dan kemampuan untuk cepat beradaptasi.

“Hubungan Trump dan Musk merupakan cermin paling berharga tentang bagaimana mudahnya loyalitas berubah menjadi konflik dalam lanskap ekonomi global yang makin rapuh,” kata Prof. Syafruddin Karimi.

Related Articles

Back to top button