News

Maruarar Sirait Siap Bangun 2.700 Hunian untuk Warga Terdampak Erupsi Gunung Lewotobi

Saat ini bahan baku pembuatan rumah sudah tersedia di kawasan sekitar Gunung Lewotobi Laki-laki.

Sakawarta, Jakarta – Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) Maruarar Sirait mengatakan pihaknya siap membangun 2.700 hunian tetap untuk warga terdampak erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

Maka itu, Kementerian PKP akan berkoordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan pemerintah daerah (Pemda) setempat guna mempercepat pembangunan hunian tetap bagi warga sekitar Gunung Lewotobi Laki-laki.

“Kami akan membangun 2.700 unit rumah bagi warga yang terdampak erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki di NTT,” kata Menteri PKP Maruarar Sirait dalam rilis pers resmi dikutip di Jakarta, Jumat (22/11/2024).

Pihaknya membutuhkan waktu sekitar 5,5 bulan untuk menyelesaikan pembangunan hunian tetap. Sebab, harus menunggu proses perizinan, mobilisasi bahan bangunan dan keamanan di lokasi.

“Dari segi infrastrukturnya beres, dari keamanannya, dari geologi oke, dari BNPB oke, kami butuh waktu sekitar 5,5 bulan untuk membangun hunian itu. Ada proses perizinan dan keamanannya,” kata Menteri Ara.

Menteri Ara berharap, ada semangat gotong royong dari berbagai pihak saat proses pembangunan. Selain itu, dirinya juga memastikan bahan baku rumah tahan gempa akan segera dikirim ke lapangan sehingga bisa dirakit dalam waktu cepat.

Baca Juga  RPP Manajemen ASN Hampir Final, Setahun 3 Kali Rekrutmen CPNS dan Bisa Diisi TNI-Polri

“Saat ini bahan baku pembuatan rumah sudah tersedia di kawasan sekitar Gunung Lewotobi Laki-laki. Kami harap pembangunan bisa dilakukan dengan gotong royong melibatkan masyarakat sekitar dan UMKM sehingga ada lapangan pekerjaan,” tuturnya.

Menteria Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Pratikno menjelaskan, saat ini aktivitas Gunung Lewotobi Laki-laki masih berlangsung. Namun, tidak ada gejala peningkatan. Selain itu, berdasarkan data di lapangan, radius zona bahaya sudah dikurangi.

“Jumlah warga yang tercatat sebagai pengungsi yang terpusat sudah mengalami penurunan jadi sekitar 5.117 jiwa. Sedangkan lebih banyak adalah pengungsi mandiri yang bergabung ke sanak keluarga di sekitar lokasi.Pengungsi mandiri lebih banyak dan jumlahnya lebih dari 6.417 jiwa,” kata Menko Pratikno.

Related Articles

Back to top button