Ekonomi

Perang Dagang Trump: Ekonom Sarankan ASEAN Bersatu agar Tarif AS Tak Membabi Buta

ASEAN ingin menunjukkan bahwa kawasan ini bukan sekadar pasar, tetapi mitra strategis yang siap memperjuangkan kepentingannya dengan cara yang beradab dan bermartabat.

Sakawarta, Jakarta – Ekonom dari Departemen Ekonomi Universitas Andalas, Syafruddin Karimi mengatakan di tengah gelombang proteksionisme global, kebijakan tarif timbal balik Amerika Serikat (AS) era Presiden Donald Trump menjadi ancaman nyata bagi stabilitas perdagangan kawasan Asia Tenggara (ASEAN).

Menurut dia, Indonesia perlu mengambil langkah sigap dengan mengajak anggota ASEAN untuk berdiri dalam satu barisan, guna membuka ruang negosiasi bersama demi kepentingan kolektif.

“Pendekatan ini bukan sekadar respons diplomatik, melainkan strategi yang menunjukkan kedewasaan dan ketegasan kawasan dalam menjaga kedaulatan ekonomi tanpa memperkeruh hubungan dagang yang telah terjalin lama,” kata dia dikutip dari keterangan resmi di Jakarta, Jumat (18/4/2025).

Ia menekankan, daripada menempuh jalur retaliasi yang bisa memicu ketegangan lebih luas, ASEAN bisa memilih memperkuat kerangka kerja yang sudah ada.

Seperti, lanjutnya, pemanfaatan ASEAN-US Trade and Investment Framework (TIFA), penguatan Perjanjian Perdagangan Barang ASEAN (ATIGA), dan percepatan ASEAN Digital Economy Framework Agreement (DEFA), agar menjadi wujud konkret komitmen ASEAN untuk menjaga perdagangan tetap terbuka dan adil.

“ASEAN ingin menunjukkan bahwa kawasan ini bukan sekadar pasar, tetapi mitra strategis yang siap memperjuangkan kepentingannya dengan cara yang beradab dan bermartabat,” kata Syafruddin.

Baca Juga  IMF, Bank Dunia, dan Diamnya Kritik terhadap Sumber Tsunami Tarif Global

Ia menambahkan, diversifikasi mitra dagang dan perluasan keanggotaan RCEP juga menjadi sinyal bahwa ASEAN tidak ingin bergantung pada satu kekuatan ekonomi saja.

Ia menyoroti kawasan ini sedang membangun posisi tawar yang lebih kuat, dengan membuka lebih banyak jalur perdagangan yang saling menguntungkan.

“Dalam proses ini, Indonesia tampil sebagai motor penggerak solidaritas Kawasan,” ujarnya.

Tentu, kata Syafruddin, inisiatif seperti pembentukan Satuan Tugas Geoekonomi dan ASEAN Virtual Summit tidak boleh berhenti pada tataran wacana.

Maka itu, ujar Syafruddin, komitmen politik dari seluruh negara anggota menjadi kunci agar langkah kolektif ini tidak hanya simbolik, tetapi berdampak nyata dalam kebijakan dan kerja sama ke depan.

“Dunia tengah menyaksikan bagaimana ASEAN mengambil sikap di tengah tekanan global dan Indonesia telah memimpin langkah awal menuju kemandirian regional yang lebih Tangguh,” ucapnya.

Ia menambahkan, ketika tekanan datang dari luar, kekuatan bersama menjadi satu-satunya tameng yang efektif.

“ASEAN sedang membuktikan bahwa kekompakan kawasan bukan hanya idealisme, melainkan kekuatan strategis yang menentukan arah masa depan ekonomi regional,” katanya.

Related Articles

Back to top button