Saham Rokok Melesat Tinggi saat Purbaya Yudhi Ambil Kursi Menkeu dari Sri Mulyani
Saham Sampoerna naik 17%, Gudang Garam naik 12%, dan Wismilak naik 16%.

Sakawarta, Jakarta – Ekonom dari Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Brawijaya Noval Adib menilai penggantian Menteri Keuangan (Menkeu) yang dilakukan oleh Presiden Prabowo Subianto melalui reshuffle kabinet di Istana Negara Jakarta pada Senin (8/9/2025) kemarin memang paling banyak mendapat respons pasar, baik sentimen positif maupun negatif.
Diketahui, Presiden Prabowo telah melantik Purbaya Yudhi Sadewa sebagai Menteri Keuangan untuk menggantikan Sri Mulyani Indrawati.
Adib menganalisis, di sisi penggantian Sri Mulyani mendapat respons positif dari saham rokok yang naik melesat tinggi.
Ia mencatat, saham Sampoerna naik 17%, Gudang Garam naik 12%, dan Wismilak naik 16%.
”Sri Mulyani selama ini dikenal brutal dalam menaikkan cukai rokok, tapi di saat yang sama pabrik rokok (legal) dibiarkan sendirian menghadapi serbuan rokok ilegal,” kata Adib dalam keterangannya dikutip Selasa (9/8/2025).
”Akibatnya, banyak pabrik rokok legal yang megap-megap. Makanya sektor rokok jadi girang ketika tahu Sri Mulyani diganti,” ucapnya menambahkan.
Di sisi lain, pengganti Sri Mulyani yakni Purbaya Yudhi Sadewa mendapat respons negatif dari pasar, di mana saham-saham perbankan turun cukup signifikan.
Menurut Adib, sektor perbankan turun karena faktor Purbaya Yudhi sebagai orang pasar modal yang dikenal lebih kurang konservatif dibanding Sri Mulyani.
”Sri Mulyani dikenal sebagai figur yang sangat menjaga disiplin fiskal,” katanya.
Adib melanjutkan, sedangkan pernyataan Purbaya yang sesumbar akan bikin pertumbuhan ekonomi RI 8% dalam waktu dekat itu dinilainya mencerminkan akan adanya pelonggaran fiskal. Sebab, di situ tercermin kebijakan yang ekspansif dan ambisius.
”Ini diperkuat dengan pernyataannya bahwa dia jago di bidang ekonomi/memperbaiki kondisi ekonomi. Tersirat dia menyatakan bahwa Sri Mulyani tidak jago memperbaiki kondisi ekonomi,” katanya.
Sementara, Ekonomi dari Universitas Paramadina Wijayanto Samirin mengingatkan Purbaya perihal perbedaan jauh antara Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dengan Kementerian Keuangan (Kemenkeu).
”LPS dan Kemenkeu itu ibarat futsal dan sepak bola. Beda game, beda tantangan,” ujarnya.
Ia mewanti-wanti Purbaya untuk tetap berhati-hati, jangan terlalu percaya diri. Terpenting ialah melakukan konsolidasi di Kemenkeu.
”Pak Purbaya harus hati-hati, jangan over confidence, harus mau belajar, dan wajib memberi peran 3 wamenkeu atau blunder besar akan terjadi,” katanya.