
Sakawarta.com, Jakarta – Satuplatform mendorong integrasi Environmental, Social, Governance (ESG) dan akuntabilitas keuangan untuk masa depan berkelanjutan, salah satunya melalui penyelenggaraan webinar Expert Insight Series #2 secara online bertema “ESG dan Akuntabilitas Keuangan untuk Masa Depan Berkelanjutan”pada Kamis (19/6/2025).
Sebagai informasi, Satuplatform merupakan perusahaan teknologi dan konsultasi yang berfokus pada percepatan transformasi digital dan keberlanjutan, yang menyediakan solusi terintegrasi untuk pelaporan ESG, tata kelola perusahaan, serta keuangan berkelanjutan.
“Acara ini menghadirkan dua narasumber strategis yang membahas pentingnya penerapan prinsip ESG dalam strategi bisnis dan pelaporan keuangan sebagai fondasi menuju pembangunan berkelanjutan,” dilansir dari keterangan resmi Satuplatform.
Menghadirkan salah satu pemain penting dalam akuntabilitas keuangan untuk mengupas penerapan prinsip ESG di sektor perbankan dan mengangkat isu krusial tentang keberlanjutan serta tata kelola yang transparan, webinar ini menghadirkan dua pembicara Utama yakni Associate Director Deloitte Efraim Sitinjak dan CEO Satuplatform Bobby Simon.
Keduanya membahas secara mendalam bagaimana integrasi antara prinsip ESG dan akuntabilitas keuangan menjadi kunci dalam membangun strategi bisnis yang berkelanjutan dan berdaya saing.
Efraim Sitinjak menjelaskan, dengan semakin ketatnya regulasi ESG baik secara global maupun nasional, perusahaan harus mampu menyusun laporan keberlanjutan yang relevan, akurat, dan terstandar. Penting memahami juga pada standar IFRS S1 & IFRS 2 mulai dari stratehi hingga manajemen risiko.
“Risiko dan peluang iklim dapat memengaruhi pelaporan keuangan, karena akan berdampak pada kerugian ekonomi yang dihasilkan dari risiko/peluang yang memengaruhi pencatatan dan pelaporan keuangan,” kata Efraim.
Ia melanjutkan, risiko lain atau dampak dari peluang iklim yang berdampak terhadap laporan keuangan mulai dari estimasi nilai persediaan, penilaian dan kalkulasi penyusutan, masa manfaat dan nilai sisa aset tetap, masa manfaat dan nilai sisa aset tidak berwujud, risiko terkait instrumental keuangan, hingga pendekatan untuk mengelola risiko.
Efraim juga menyebutkan hal penting untuk menuju pelaporan berbasis IFRS adalah dimulai dari tata kelola, manajemen risiko dan strategi, sistem dan kontrol, tim dan kapabilitas, hingga data yang komprehensif.
Dari sisi praktik bisnis lainnya, pengelolaan ESG dalam konteks bisnis berkelanjutan tidak terlewat untuk dibahas. Bobby Simon menekankan bahwa ESG bukan sekadar tren global. Ia juga menekankan akan pentingnya bisnis untuk mendukung Sustainable Development Goals (SDGs) untuk keberlanjutan.
“Matriks ESG untuk perusahaan keuangan mencakup beberapa aspek, mulai dari aspek lingkungan (Environment) yang dilihat dari portofolio berdasarkan taksonomi hijau, aspek sosial (Social) dari praktik-praktik yang dijalankan, hingga aspek tata kelola (Governance), serta penerapan ESG risk screening,” ujar Bobby.
Perjalanan untuk memulai bisnis hingga menerapkan ESG dimulai dengan menetapkan target ESG, melakukan penilaian materialitas, membentuk struktur tata kelola ESG, dan memantau indikator-indikator kinerja ESG.
“Pentingnya industri untuk mulai mengintegrasikan prinsip ESG secara menyeluruh dalam operasional mereka bertujuan tidak hanya memperkuat posisi perusahaan dalam menghadapi dinamika global, tetapi juga mendorong terciptanya masa depan yang berkelanjutan,” tutur Bobby.