Heat Stroke Saat Musim Kemarau Bisa Berujung Fatal, Kenali Gejalanya
Dianjurkan berteduh dan segera menyiram pasien dengan air sampai basah seluruh tubuh.
Sakawarta, Jakarta – Masyarakat Jakarta dianjurkan untuk mewaspadai sengatan panas matahari atau heat stroke pada musim kemarau karena dapat berujung fatal.
Imbauan tersebut disampaikan praktisi kesehatan masyarakat, dr. Ngabila Salama terkait prediksi musim kemarau di wilayah Jakarta saat Mei 2024 hingga puncaknya pada Juni 2024.
”Heat stroke yang dapat berujung kematian tidak serta merta terjadi. Awalnya didahului dengan dehidrasi atau kurangnya cairan dan heat exhaustion, yakni sangat kelelahan setelah terkena panas,” katanya dikutip dari Antara, Kamis (9/5/2024).
Ia mengungkap terdapat sembilan gejala awal heat stroke serta cara penanganannya. Pertama, suhu tubuh tinggi, lebih dari 40 derajat celsius, kulit panas dan kering, pusing dan sakit kepala serta mual.
Lalu, denyut nadi cepat, pernapasan lebih cepat, kebingungan, kejang dan pingsan atau penurunan kesadaran.
Jika menemukan gejala demikian, kata dia, dianjurkan berteduh dan segera menyiram pasien dengan air sampai basah seluruh tubuh.
“Kemudian mandi dengan air dingin jika bisa atau berikan es batu terutama di bagian kulit tipis, seperti kulit kepala, lipat ketiak, lipat paha,” kata Ngabila.
Ia juga mengingatkan bahwa gejala dehidrasi pada balita, lansia, penyandang obesitas dan ibu hamil lebih sulit dideteksi.
“Hati-hati pada kondisi anak balita, lansia, orang dengan obesitas dan ibu hamil, memiliki gejala dehidrasi yang lebih sulit dikenali di awal,” kata dia.
Ia juga meminta masyarakat agar tidak panik dan selalu siap dengan langkah pencegahan.
“Jangan panik, tapi perlu waspada. Jangan lupa untuk minum air yang cukup,” katanya.
Kemudian, dianjurkan menggunakan sunscreen juga untuk mencegah kanker atau masalah kulit lainnya seperti pelembaban kulit, mencegah luka melepuh dan kulit kering.
“Kacamata mencegah katarak akibat paparan sinar UV matahari,” kata Ngabila.