Menko Luhut Minta Dukungan China untuk Proyek di Kalimantan dan Maluku
Selain itu, kami terus mendukung investor Tiongkok yang akan membangun pabrik kaca di Indonesia termasuk Kaltara.
Sakawarta, Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan membahas potensi peningkatan kerja sama antara Indonesia dengan China, dalam sektor transisi energi, industri, serta ekspor durian.
Potensi peningkatan kerja sama itu disampaikan Menko Luhut kepada Chairman of National Development and Reform Comission (NDRC) Zheng Shanjie, saat kunjungan kerjanya ke Beijing, China, Rabu (12/6/2024) waktu setempat.
Menurut Luhut, untuk transisi energi, ia berharap agar NDRC mendukung proyek pengembangan baterai di kawasan industri Buli, Maluku Utara.
“Saya harap NDRC dapat mendukung kerja sama antara CBL (joint venture CATL, Brunp, dan Lygend) dan IBC (Indonesia Battery Corporation) untuk produksi proyek battery materials dan proyek battery recycling di kawasan industri Buli, Maluku Utara,” kata Luhut, dikutip dari Antara, di Jakarta, Kamis (13/6/2024).
Lebih lanjut, dirinya menyampaikan Indonesia juga ingin adanya dukungan pengembangan untuk kawasan industri Kalimantan Utara (Kaltara) yang diproyeksikan bisa memberikan dampak berkelanjutan yang besar, serta menjadi model kerja sama bagi negara berkembang.
Menurut dia, pihaknya sudah menyesuaikan peraturan untuk memastikan keamanan jaminan bahan baku untuk proyek petrokimia di kawasan industri tersebut.
“Saya berharap Pak Zheng dapat mendukung implementasi kawasan industri Kaltara ini. Selain itu, kami terus mendukung investor Tiongkok yang akan membangun pabrik kaca di Indonesia termasuk Kaltara,” kata dia.
Sementara untuk potensi ekspor durian, lembaga yang dipimpinnya akan melakukan pertemuan dengan General Administrastion of Customs China (GACC) untuk mendorong impor durian yang berasal dari Tanah Air, mengingat potensi penjualan dari buah tersebut cukup besar.
Selain itu, Luhut mengatakan di sela-sela World Water Forum ke -10 pada 20 Mei, di Bali, telah ditandatangani LoI Global Blended Finance Alliance (GBFA) yang dapat mendukung kerja sama keuangan blended finance antara Indonesia-China di berbagai bidang.