Teknologi

Pramono Anung: Mobilitas dan Infrastruktur Digital Kunci Jakarta Menuju 50 Kota Global‎

Belum semua ruang publik di Jakarta memiliki koneksi internet yang layak.


‎Sakawarta.com, Jakarta – Dalam pembukaan seminar bertajuk “Mewujudkan Jakarta Top 50 Kota Global melalui Akselerasi Inovasi Infrastruktur dan Layanan Digital”, Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung menyoroti tiga aspek utama pembangunan Jakarta menuju kota global, yaitu mobilitas, pemanfaatan infrastruktur fisik, dan digitalisasi layanan publik.

‎Pertama, kata Pramono, adalah transportasi dan mobilitas masyarakat Jakarta. Ia menyebut hal ini sebagai syarat utama agar Jakarta bisa naik kelas.

‎Ia pun mengapresiasi Dinas Perhubungan atas peningkatan konektivitas melalui pengembangan berbagai rute Transjabodetabek seperti Blok M–Alam Sutera, Dukuh Atas–Bekasi, Bogor–Blok M, dan lainnya yang dinilai berhasil mengurangi kemacetan di Jakarta.

‎”Alhamdulillah, semua rute baru mendapatkan respons yang luar biasa. Ini bukti bahwa langkah-langkah perbaikan yang kita lakukan sudah mulai menunjukkan hasil,” ujar Pramono dalam keterangannya dikutip Rabu (6/8/2025).

‎Ia membandingkan Jakarta dengan kota-kota global seperti New York dan São Paulo. Menurutnya, kemacetan bukan satu-satunya indikator modernitas, tapi kepastian dan keteraturan dalam sistem mobilitas.

‎”New York itu kota global nomor satu, tapi tetap macet. Yang membedakan adalah sistemnya. Di Jakarta, tantangannya adalah bagaimana kita mengelola mobilitas 4 juta orang setiap pagi dan sore agar lebih lancar,” jelasnya.

‎Gubernur kemudian menyoroti pemanfaatan infrastruktur fisik yang belum maksimal, seperti Jakarta International Stadium (JIS), Taman Ismail Marzuki (TIM), dan fasilitas publik lainnya. Ia mencontohkan JIS yang awalnya tidak ramai, kini menjadi pusat perhatian setelah digenjot kolaborasi antara Pemprov DKI, Jakpro, dan stakeholder olahraga.

‎”JIS dulu sepi, sekarang jadi rebutan antara Persija dan konser-konser besar. Ini hasil dari pendekatan strategis dan keberanian berkolaborasi,” katanya.

‎Selain infrastruktur fisik, Pramono menegaskan pentingnya pembangunan infrastruktur digital. Ia mendukung penuh pengembangan government digital network oleh Jakpro dan PT Jakarta Infrastruktur Propertindo (JIP) untuk mendukung akses digital yang merata dan aman di seluruh ruang publik Jakarta.

‎”Kita harus mulai dari yang paling dasar: akses internet di ruang publik, fiber backbone, dan data center yang mudah diakses. Ini adalah kebutuhan utama di kota global,” ungkap Pramono.

‎Ia menyayangkan bahwa belum semua ruang publik di Jakarta memiliki koneksi internet yang layak, berbeda dengan kota global lain seperti New York, di mana akses publik menjadi prioritas utama.

‎Menurutnya, lemahnya digitalisasi dan pertukaran informasi membuat peringkat Jakarta dalam indeks global belum optimal. Dalam Kearney Global Cities Index, Jakarta saat ini berada di posisi 74 dari 156 kota dunia.

‎”Kalau digitalisasi kita kuat, ranking akan naik dengan sendirinya. Kuncinya adalah sinergi dan kemauan untuk berubah,” ujarnya.

‎Menutup pidato, Pramono juga menekankan pentingnya budaya sebagai kekuatan Jakarta. Ia mendorong agar budaya Betawi ditampilkan dalam acara formal, dengan catatan harus dikurasi agar tetap elegan.

Related Articles

Back to top button