Bisnis

Bahlil: Pabrik Kaca KCC Glass yang Investasi Rp5 Triliun di Batang, Beroperasi Tahun Ini

Pabrik KCC Glass Indonesia berdiri di atas lahan seluas 49 hektare, dengan nilai investasi sekitar Rp5 triliun. Proyek ini diperkirakan dapat menyerap tenaga kerja bagi 1.200 orang.

Sakawarta, Jakarta – Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan pabrik kaca milik KCC Glass Indonesia di Batang, Jawa Tengah, mulai beroperasi pada Agustus 2024.

Pabrik kaca asal Korea Selatan itu dibangun pada Mei 2021 di Kawasan Industri Terpadu Batang, Jawa Tengah. KCC Glass merupakan investor asing pertama yang melakukan peletakan batu pertama di kawasan tersebut.

“Kami mendapatkan investasi untuk proyek hilirisasi di Batang, yaitu KCC Glass. Ini akan mulai produksi pada Agustus tahun ini. Ini hanya salah satu di antara proyek-proyek investasi hilirisasi Indonesia dari Korsel,” kata Bahlil di Karawang, Jawa Barat, Rabu (3/7/2024).

Bahlil tidak menjelaskan secara rinci berapa kapasitas produksi dari pabrik tersebut. Namun, saat upacara peletakan batu pertama pabrik pada 2021, ia menyatakan bahwa PT KCC Glass Indonesia diproyeksikan menjadi perusahaan kaca terbesar se-Asia Tenggara.

Pabrik KCC Glass Indonesia berdiri di atas lahan seluas 49 hektare, dengan nilai investasi sekitar Rp5 triliun. Proyek ini diperkirakan dapat menyerap tenaga kerja bagi 1.200 orang.

Selain KCC Glass, Indonesia juga mendapatkan investasi besar dari perusahaan Korea Selatan lainnya. Indonesia baru saja meresmikan pabrik baterai kendaraan listrik yang juga merupakan ekosistem baterai dan kendaraan listrik Indonesia di PT Hyundai LG Indonesia atau HLI Green Power di Karawang, Jawa Barat, Rabu (3/7/2024).

Baca Juga  Volex Tanam Investasi di Batam Senilai Rp647 Miliar

Bahlil mengatakan, investasi Korea Selatan yang masuk ke Indonesia selama lima tahun terakhir sejak 2019 telah mencapai 14 miliar dolar AS atau kurang lebih Rp200 triliun.

Sebagian besar investasi Korea Selatan digunakan untuk mendukung proyek hilirisasi di Indonesia.

“Jadi sesuai arahan presiden agar investasi asing ini bersifat inklusif, tidak hanya didominasi oleh negara tertentu, tetapi harus mendatangkan banyak negara,” kata Bahlil.

Related Articles

Back to top button